MANUSIA DAN KEADILAN
Terlihat jelas
raut kelelahan dari pria yang kini berusia 53 tahun ini, namun ia mencoba tidak
menunjukan rasa penatnya. Hal tersebut dilakukan demi mencari keadilan untuk sang
buah hati yang telah pergi meningalkan akibat ditabrak oleh oknum polisi. Indra
Azwan yang sudah bertualang dengan berjalan kaki dari Malang tempat asalnya, ke
jakarta. Pria berambut gondrong ini mulai menapakan kakinya ke Pulau Sumatera.
Tapak demi setapak akhirnya dia telah melewati propinsi seperti Lampung,
Sumatera Selatan, Jambi. Dan kini sampailah dia ke Pekanbaru Ibukota Propinsi
Riau.
"Saya sudah 96 hari berjalan kaki dari Malang ke Pekanbaru. Misi saya satu, mencari keadilan untuk anak bungsu saya yang mati ditabrak Kompol Joko Sumantri yang kini bertugas di Polres Blitar," kata pria yang sebagian rambutnya berwarna putih kepada, di jalan Sumatera Pekanbaru.
Tas yang menggelayut di punggungnya berisi perbekalan selama perjalanan. Selain itu dia juga membawa tulisan spanduk yang berisi jalan kaki demi keadilan anaknya, serta bendera Merah Putih yang mulai lusuh.
"Anak saya Rifki Andika meninggal diusia 12 tahun waktu itu dia kelas 6 SD. Kejadian itu terjadi pada 8 Febuari 1993 sore di Malang tepatnya di depan rumah saya. Anak saya saat itu akan pergi les. Tiba-tiba dia ditabrak dengan mobil yang dikendari Joko, anak saya meninggal. Belakangan ternyata Joko dibebaskan dengan alasan kasusnya sudah kadaluarsa. Padahal pelaku sudah mengakui perbuatannya,” terangnya.
Kasus ini, lanjut Indra, sudah saya laporkan ke mana-mana seperti Polri, kejaksaan, Satgas Mafia Hukum, anggota DPR, Panglima TNI, Kapolri sampai saya juga mengadukan kasus ini ke Presidan SBY tapi tidak ada titik terang pelaku dihukum. “Saya hanya minta keadilan" ucap pria yang kulitnya sudah tampak keriput.
Riau adalah propinsi terakhir yang akan dilaluinya, karena setelah itu pria yang kini hanya memiliki 3 anak ini akan melanjutkan perjalannya ke negara tetangga seperti Malaysia,Thailand, Myanmar dan keberbagai negara Arab.
"Setelah Pekanbaru saya akan berjalan kaki ke Dumai, kemudian saya akan ke Malaysia. Di negara orang, saya juga akan menyuarakan jeritan hati saya. Akhir perjalanan saya adalah di Mekah. Saya akan mengadu ke pada Allah SWT. Untuk keluarga, saya juga titip wasiat agar memperjuangkan kasus Rifki,” paparnya. Jika saya mati, sambungnya, pesan saya agar jasad saya dibawa ke depan Istana Negara. ”Jangan dikafani," tegas Indra yang mengakui sejauh ini tidak merasakan ada gangguan kesehatan dalam aksi jalan kakinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar